TELADAN: Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor memberikan bantuan kepada juriat Pangeran Antasari.(foto: Biro Adpim Pemprov Kalsel) |
Turut hadir Ketua DPRD Kalsel, Supian HK dan Komandan Korem 101 Antasari, Brigjen TNI Ari Ariyanto. Komandan Lanud Syamsudin Noor, Kolonel Pnb Vincentius Endy dan Danlanal Banjarmasin Kolonel Laut (P), Agus Setyawan. Forkopimda, LVRI, serta sejumlah kepala SKPD lingkup Pemprov Kalsel.
Upacara diawali dengan pembacaan riwayat singkat Pangeran Antasari oleh Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kalsel, Letkol Pur Muslih S. Selanjutnya, Paman Birin membacakan 7 butir pesan-pesan Pangeran Antasari. Pertama, Haram Manyarah Waja sampai Kaputing. Kedua, Lamun Tanah Banyu Kita Kada Handak Dilincai Urang, Jangan Bacakut Papadaan Kita. Ketiga, Lamun Handak Tulak Manyarang Walanda, Baikat Hati di Tali Sindat. Keempat, Jangan Mati Paharatan Bukah, Matilah Kita di Jalan Allah. Kelima, Siapa Nang Babaik-baik Wan Walanda, Tujuh Katurunan Kahada Aku Sapa. Keenam, Amun Kita Sudah Sapakat Handak Mahinyik Walanda, Janganlah Walanda Diberi Muha, Badaras Pagat Urat Gulu Amun Manyarah Kahada. Terakhir, Haram Dijamah Walanda, Haram Diriku Dipanjara. Haram Negeriku Dijajah.
Paman Birin berharap semangat haram manyarah, waja sampai kaputing yang ditanamkan Pangeran Antasari, dan pesan moral lainnya dapat diteladani masyarakat di Banua Kalsel Babussalam ini. Nilai-nilai semangat perjuangan, ujarnya, sepatutnya diwarisi untuk berjuang mewujudkan kesejahteraan masyarakat di era sekarang. Acara ditutup dengan tabur bunga, dan penyerahan tali asih kepada para juriat Pangeran Antasari. "Alhamdulillah, sampai sekarang, pemerintah provinsi sangat perhatian kepada kami," ujar Ani, salah satu juriat yang menerima bantuan dari Gubernur.
Pangeran Antasari yang lahir di Banjarmasin pada 1797, merupakan salah satu pahlawan nasional sebelum kemerdekaan. Ia adalah anak Pangeran Mashohot bin Pangeran M Amir bin Pangeran M Aliuddin Aminullah bin Sultan Kuning (Ilhamidillah) bin Sultan Tahlilullah bin Sultan Saidillah bin Sultan Inayatullah bin Sultan Musta'inbillah Sultan Hidayatullah bin Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah.
Pangeran Antasari juga menjadi penerus perjuangan masyarakat Banjar dalam melawan penjajahan Belanda di Indonesia. Meski lahir di lingkungan istana, Antasari banyak menghabiskan hidupnya di tengah-tengah masyarakat, dan banyak belajar ilmu agama dari para ulama. Ia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berdagang dan bertani. Antasari dikenal sebagai sosok yang memiliki pemahaman agama Islam yang tinggi, berakhlak baik, ikhlas, jujur, dan pemurah. Sikapnya yang baik tersebut membuat ia disukai masyarakat, dan diangkat sebagai pemimpin atau Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin pada 14 Maret 1862.
Di masa pemerintahannya, Pangeran Antasari melalui berbagai perang dan pertempuran melawan pihak Belanda. Salah satu perang yang ia pimpin adalah Perang Banjar. Pangeran Antasari menyerang dan berhasil menguasai pendudukan Belanda di Gunung Jabuk. Selain itu, ia juga menyerang tambang batu bara Belanda di Pengaron.
Atas siasat Pangeran Antasari dan Tumenggung Suropati, para pejuang Banjar berhasil menenggelamkan kapal Onrust sekaligus para pemimpinnya, seperti Letnan van der Welde dan Letnan Bangert.
Pangeran Antasari wafat pada 11 Oktober 1862 karena penyakit cacar yang kala itu mewabah di Kalsel. Ia wafat saat tengah mempersiapkan serangan besar-besaran terhadap Belanda. Untuk mengenang jasa-jasanya, Pangeran Antasari mendapat gelar Pahlawan Nasional sesuai dengan Surat Keputusan Presiden RI No. 06/TK/1968. Nama Pangeran Antasari juga banyak digunakan sebagai nama jalan. Namanya juga diabadikan pada Korem 101/Antasari dan julukan untuk Kalsel yakni Bumi Antasari.(lin/Adpim)